TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG DI DERAJA CATERING -- WA 0812 9398 2050 -- HARGA DAPAT DISESUAIKAN DENGAN ANGGARAN ANDA

Masakan Adat Pernikahan Betawi

Pernikahan suku Betawi memiliki serangkaian tata cara adat yang sarat makna. Ciri khas pernikahan Betawi yang kita kenal adalah adanya iring-iringan musik Tanjidor dan Palang pintu. Namun ada juga keunikan lain dalam tradisi pernikahan suku Betawi yaitu makanan khasnya. Kira-kira apa saja makanan tradisi di pernikahan Betawi? Simak ulasan menarik berikut ini!

Kue Bacot
Dah pernah dengar kata “bacot”? Yap, betul sekali. Bacot adalah vocab bahasa betawi yang artinya “bicara” atau “omongan”. Kasar, memang. Tapi jangan salah sangka dulu, selain itu kata bacot juga digunakan untuk menunjuk suatu adat kebiasaan.

Bacot merupakan tradisi Betawi yang dilakukan pasca lamaran seorang pria kepada calon istri. Ketika pihak mempelai pria melamar mempelai wanita, biasanya diiringi dengan berbagai bawaan makanan dan barang-barang lainnya yang kemudian diserahkan kepada pihak wanita. Biasanya disebut dengan seserahan.

Beberapa hari kemudian, mempelai wanita “membalas” seserahan dari mempelai pria itu dengan memberikan berbagai jenis kue tradisional, diantaranya: kue Geplak, kue Cincin, kue Cina, Wajik, Serondeng, Uli, dodol dan Manisan.

Kue-kue di atas juga dibagikan keluarga pihak perempuan kepada tetangga disekitar mereka. Hal itu sebagai pemberitahuan bahwa “Putri kami telah dilamar dan akan melangsungkan pernikahan, kiranya Anda berkenan datang.”

Jumlah kue yang dibagikan memang sedikit, terkadang hanya diberi bungkusan kertas nasi atau plastik. Maklum saja, makanya kalau kita bukan orang suku betawi jangan tersinggung, jangan pula remehkan pemberian bacot itu.

Rangkaian adat inilah yang disebut bacot. Karena masyarakat betawi punya sopan santun, mereka tidak mau mengundang dengan tangan kosong. Itulah konsep yang harus dipahami.

Harapan saya, agar tidak ada orang yang salah paham dengan istilah ‘bacot’. Kue itu juga jangan disalahartikan sebagai tanda tutup mulut lantaran kita selaku penerima merasa hasad. Jumlahnya yang sedikit adalah bentuk kearifan sosial yang tidak dilarang agama.

Nasi Jotan
Nasi jotan merupakan sebuah pemberian makanan dari keluarga mempelai wanita kepada tokoh masyarakat dan orang yang dituakan di kampung tersebut. Pemberian nasi jotan mengandung makna sebagai undangan pernikahan. Nasi jotan tersebut biasanya diberikan sehari sebelum hajat nikah dilaksanakan. Adapun rupa nasi jotan antara lain: nasi putih, ketan kuning bertabur serundeng, acar wortel dan ketimun, tumis buncis dan ikan bandeng bakar.

Masih seputar budaya Betawi, pada masyarakat Betawi ada istilah Nasi Jotan. Istilah ini muncul ketika ada warga Betawi yang akan mengadakan suatu hajatan baik pesta pernikahan ataupun khitanan.

Jika selama ini kita mendapat undangan dari seseorang berupa kartu undangan, surat elektronik (imel), SMS ataupun sejenisnya untuk menghadiri suatu pesta, hajatan atau acara tertentu yang diadakan oleh seseorang itu sudah biasa. Di Betawi, undangan bisa berbentuk hidangan lengkap yang diberikan kepada keluarga besan atau orang yang dihormati, biasa disebut NASI JOTAN. Proses mengundang seperti ini dikenal dengan istilah NGEJOT.

Teknisnya, ketika seseorang warga Betawi akan mengadakan suatu hajatan, pihak keluarga sudah mendata siapa saja yang akan dikirimi Nasi Jotan tadi. Umumnya adalah keluarga besan. Besan dimaksud di sini bukan hanya besan utama yang berhubungan langsung dengan acara tersebut, misal besan mempelai wanita/pria jika acara pesta pernikahan, tetapi besan-besan yang memiliki hubungan dengan pihak keluarga shohibul hajat. Bisa besan dari adik, kakak, atau lainnya. Sehingga ada istilah di Betawi jika menikahkan anaknya dengan orang di luar Betawi sama saja tidak punya besan karena di Betawi mengenal sistem besan berantai, dimana yang dimaksud dengan pihak besan bukan hanya orang tua si menantu tetapi keluarga besarnya.

Kembali ke Nasi Jotan tadi, isi dari nasi jotan terdiri dari : Nasi putih, lauk pauk bisa berupa bandeng goreng, ayam atau daging, dengan pelengkap berupa acar, bihun, serundeng, dan lain-lain. Yang dimaksud Serundeng di sini adalah makanan khas Betawi dengan bahan dasar kacang kedelai atau kacang tanah dicampur dengan kelapa dan gula merah yang dimasak dan dibentuk seperti jajaran genjang, kotak atau diletakkan di nampan bulat. Banyaknya nasi jotan disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga si besan atau orang yang akan diberikan nasi jotan. Bisa satu nampan kecil, bahkan satu bakul besar.

Si penerima (pertama) nasi jotan tadi kemudian membagikan nasi jotan tersebut ke anggota keluarga besarnya (adik, kakak, sepupu, bahkan tetangga yang "dianggap" bagian dari keluarga)dengan mengatakan ini nasi jotan dari si A untuk acara tanggal sekian. Si penerima kedua sudah paham maksudnya, yaitu diajak kondangan (menghadiri undangan) pada hari dimaksud. Biasanya mereka akan berkumpul di rumah si penerima pertama nasi jotan untuk bersama-sama berangkat kondangan ke si pengundang. Nah ini yang lebih unik lagi, karena undangan ini berantai sesuai jumlah nasi jotan yang dibagikan (bahkan bisa lebih), yang berkumpul bisa banyak. Jika jaraknya cukup jauh untuk menuju ke rumah si pengundang, mereka naik angkot yang disewa, konvoi sepeda motor, naik mobil bak terbuka bahkan sewa mobil untuk anak-anak (kereta mini atau biasa disebut Odong-odong).

Sesaat menjelang tiba di tempat hajatan/pesta, biasanya pihak besan akan membakar petasan renceng. Petasan renceng adalah petasan yang dibuat secara apik dimana sumbu tiap petasan akan saling terkait membentuk seperti selendang, di bagian pangkal atasnya biasanya ada petasan yang lebih besar ukurannya, disebut petasan jeguran. Pihak shohibul hajat sudah paham bahwa pihak besan sudah tiba, dan bersiap-siap menerima kehadiran tetamu. Uniknya lagi, jika pestanya adalah pesta pernikahan maka mempelai pengantin wajib turun dari pelaminan berdiri berjajar dengan shohibul hajat untuk menyambut orang tua/mertuanya beserta rombongan tadi (besan). Ini sebagai bentuk penghormatan anak kepada orang tua/mertua. Lain halnya kalau yang datang adalah besan samping (bukan utama), tidak ada acara bakar petasan renceng dan penyambutan mempelai pengantin turun dari pelaminan.

Di beberapa wilayah demografis Betawi, sayangnya budaya nasi jotan sudah mulai ditinggalkan. Padahal ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Betawi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong. Semoga masih ada yang melestarikannya terutama generasi muda Betawi

Roti Buaya
Roti buaya menjadi bagian dari seserahan yang di bawa mempelai pria sesaat sebelum akad nikah dilangsungkan. Biasanya roti buaya berjumlah minimal dua buah. Salah satu roti buaya tersebut ukurannya harus lebih besar. Menurut kepercayaan adat suku Betawi bahwa buaya merupakan binatang yang setia terhadap pasangannya. Sedangkan roti melambangkan kemakmuran. Jadi, makna roti buaya adalah adanya pengharapan kesetiaan pasangan suami istri dan kemakmuran dalam rumah tangga.

Sejarah Roti Buaya konon terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya.Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan.

Roti Buaya Sebagai Simbol Pernikahan Adat Betawi
Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan. Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga.

Dari sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati.

Selain itu masyarakat Betawi telah turun temurun menggunakan roti buaya sebagai simbolisasi disetiap pernikahan adat Betawi. Kenapa bentuknya buaya? tapi kita sering mendengar bahwa ada istilah Buaya Darat alias mata keranjang? Persepsi ini yang perlu dijelaskan. Buaya adalah hewan yang panjang umur dan paling setia kepada pasangannya, buaya itu hanya kawin sekali seumur hidup, sehingga orang Betawi menjadikannya sebagai Lambang Kesetiaan dalam rumah tangga.

Selain itu buaya termasuk hewan perkasa & hidup di dua alam, ini juga bisa dijadikan lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh & mampu bertahan hidup di mana aja. Roti Buaya ini dibuat sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu. Peningset ini harus dijaga sepanjang jalan, supaya tetap mulus hingga sampai ke tangan penganten perempuan.

Selain itu, roti memiliki makna sebagai lambang kemapanan, karna ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas. Pada saat selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara yang belum nikah, hal ini juga memiliki harapan agar mereka yang belum menikah bisa ketularan dan segera mendapatkan jodoh


Sayur Besan

Sayur besan diberikan pihak keluarga pria kepada pihak keluarga wanita pasca pesta pernikahan. Makna pemberian sayur besan ini adalah untuk merekatkan tali silaturahmi keluarga besar kedua belah pihak. Sayur besan adalah sayur yang kuahnya terbuat dari santan dan berwarna kuning karena pengaruh bumbu-bumbu dapur yang dihaluskan terutama kunyit dan juga ditambahkan ebi. Isi sayur besan terdiri dari trubuk, kentang, petai, buncis, wortel dan soun. Ciri khas sayur besan adalah harus ada trubuk didalamnya. Trubuk atau biasa di sebut bunga tebu merupakan batang tebu muda yang berukuran sangat kecil sebesar batang sereh dan warnanya pun putih.
Sayur besan adalah masakan khas Indonesia. Masakan ini dikenal di kalangan masyarakat Betawi. Keberadaan sayur ini mulai langka karena selain bahan utamanya yang tidak mudah didapat, jarang ada warung Betawi yang menyajikan menu masakan tradisional ini.
Sesuai dengan namanya, sayur besan mengisyaratkan hubungan yang erat kaitannya dengan besanan. Besanan dalam bahasa Betawi bermakna pernikahan. Bagi masyarakat Betawi, masakan ini tidak hanya berperan sebagai pelengkap menu makanan, tetapi memiliki simbol dan makna tertentu dalam upacara adat.

Acara Pernikahan
Sayur ini disebut sayur besan karena merupakan menu wajib dan tergolong istimewa di acara pernikahan adat Betawi. Sayur besan sering disajikan saat acara pernikahan atau pertemuan antarbesan. Menu ini melambangkan pengormatan terhadap orang tua mempelai
.
Pada zaman dahulu, terutama di masyarakat Betawi tradisional, orang tua pengantin pria baru boleh berkunjung ke rumah orang tua pengantin wanita setelah pesta pernikahan selesai. Keluarga dari pihak lelaki akan membawa sayur besan untuk diberikan kepada keluarga si perempuan.

Menu ini menjadi bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi yang melibatkan makanan khas. Seperti halnya roti buaya dan dodol, sayur besan juga melambangkan harapan.

Sayur ini dijadikan antaran untuk besan. Butir-butir terubuk yang menyatu menjadi bonggol melambangkan dua keluarga yang menyatu dalam ikatan kekeluargaan lewat perkawinan.

Setelah akad nikah, rombongan dari pihak lelaki kembali ke rumah. Pihak perempuan pun membekali mereka dengan bermacam-macam hidangan, seperti ayam bekakak, pesmol, semur daging, serundeng, opor ayam, ketan kuning, kue talam udang, pepe, dan bugis.

Sayur besan adalah masakan berkuah santan yang berisi terubuk, kentang, soun atau bihun, petai, dan ebi. Warnanya cenderung kekuningan, tetapi berbeda dengan kari. Tambahan ebi atau terasi, membuat kuah sajian ini memiliki rasa yang mirip laksa Betawi.

Begitu juga dengan petai yang menjadi campuran kuah sayur besan. Petai ini bisa memberi aroma khas dan menggugah selera makan. Kunci kelezatan sayur besan terdapat pada kuah dan tekstur sayur terubuk. Jika dimasak dengan benar, rasanya akan gurih.

Bahan utama sayur besan ini adalah terubuk. Nama latinnya adalah Saccharum edule Hasskarl. Walaupun termasuk jenis bunga, bentuknya sama dengan tanaman tebu, yaitu memiliki batang yang beruas-ruas dan warna batangnya hijau kemerahan. Bunganya tertutup kulit dan bagian dalamnya yang lonjong putih berbutir-butir seperti telur ikan.

Terubuk dikenal juga dengan nama telur tebu. Di beberapa daerah seperti Jawa Barat, terubuk dikenal dengan nama tiwu endog atau terubus, sedangkan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan tebu endog atau tebu terubuk. Disebut endog atau telur karena bagian tanaman ini yang dimakan memiliki tekstur yang mirip dengan telur ikan.

Tanaman yang tumbuh subur di dataran tinggi ini memerlukan intensitas cahaya matahari selama delapan jam untuk dapat berbunga maksimal. Pola menanam terubuk adalah dengan tanam tumpang sari. Tanaman ini dapat dikombinasikan dengan tanaman lain, seperti jahe merah. Bunga tanaman muncul pada April-Mei dan Juli-Agustus.

Bagian yang dipanen adalah bagian 'malai' yang masih muda, sedangkan yang dikonsumsi adalah bagian bunga yang terbungkus dengan pelepah daun atau dikenal dengan istilah 'kelobot'. Terubuk yang biasa dimakan dalam bentuk mentah, dikukus, ataupun ditumis adalah yang berusia sekitar lima bulan.

Terubuk adalah tanaman musiman yang sudah langka di daerah Jakarta. Namun, jenis sayuran ini banyak dijumpai hampir di berbagai daerah di Tanah Air. Terubuk atau trubuk menjadi ikon khas daerah selatan Karawang atau Kabupaten Karawang. Sayuran jenis rumput gajah ini memiliki keunikan tersendiri. Walaupun dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah, terubuk tidak akan bisa berbunga seperti di daerah asalnya.

Di Jawa Barat, terubuk sering dijadikan lalapan. Biasanya terubuk dikukus sebentar dan dijadikan sebagai cocolan sambal. Sementara itu, di Ternate, jenis tanaman ini disebut sayur lilin karena bentuknya. Sayur ini dimasak dengan kuah soru atau kuah asam. Ada dugaan bahwa penggunaan sayur telur terubuk di Betawi ini dipengaruhi tradisi Sunda. Hal itu karena adanya kesamaan cara penggunaan sayur terubuk. Perbedaannya, di Betawi, sayur ini diolah dengan tambahan kuah santan dan diberi nama sayur besan.

Itulah beberapa makanan tradisi di pernikahan Betawi yang sebaiknya perlu kita ketahui. Mengapa? Karena beberapa makanan tradisi tersebut sudah jarang dilakukan atau dijumpai dalam pernikahan tradisional Betawi. 

Tumpeng Mini


Tumpeng Nasi Kuning


Menu pilihan tumpeng :
1. Nasi puih / nasi kuning
2. Ayam goreng / ayam goreng lengkuas / ayam bacem / ayam rica-rica
3. Sambel goreng kentang ati / sambel goreng kentang / urap / udang goreng tepung / sambel goreng telor puyuh
4. Perkedel / kering tempe / mustofa / klengkam / tahu tempe bacem
5. Telor dadar iris / telur pindang / telor rebus / telor balado
6. Sambal / mie goreng / acar kuning


Harga :
10 orang Tampah - Rp. 375.000
15 orang Tampah - Rp. 500.000
20 orang Tampah - Rp. 650.000
25 orang Tampah - Rp. 750.000
30 orang Tampah - Rp.  900.000
50 orang Baki kotak - Rp. 1.500.000



Tumpeng Nasi Putih Untuk siraman






Nasi Kotak Rp. 18.000


Nasi Kotak Rp. 20.000


Nasi kotak Rp. 27.000


Nasi Kotak Rp. 25.000


Nasi Kotak Rp. 25.000


Nasi Kotak Rp. 18.000


Nasi kotak - Nasi Liwet Rp. 22.000




Nasi Kotak Rp. 32.000


Nasi Kotak Rp. 28.000


Nasi Kotak - Nasi Goreng Rp. 15.000


Nasi Kotak Rp 30.000